Filosofi Belanda Yang Mulai Luntur

Filosofi Belanda Yang Mulai Luntur

Filosofi Belanda Yang Mulai Luntur

Setiap negara yang memainkan sepakbola pasti mempunyai filosofi bermainnya sendiri. Sebagai contoh ada Spanyol yang bermain tiki taka, Italia dengan catenaccio-nya. Belanda pun demikian, mereka mempunyai filosofi bermainnya sendiri yang biasa kita sebut sebagai Total Football atau dalam bahasa belanda disebut Totaal Voetbal.

Total Football merupakan taktik permainan yang menekankan pada permutasi posisi pemain secara konstan ketika sedang menguasai bola ataupun tidak sedang menguasai bola. Tentunya taktik ini memerlukan sebuah tim yang berisikan pemain yang mempunyai fisik kuat dan memiliki aspek bertahan dan menyerang sama baiknya.

Dari sebelas pemain, hanya kiperlah yang memiliki posisi yang baku. Namun, secara peran kiper harus mempunyai visi yang bagus dan teknik yang tinggi. Sebab, kiperlah yang menentukan pola penyerangan awal ketika bola berada ditangannya. Jadi ia tak melulu harus mengoper ke bek tengah atau bek sayap saja, namun bisa ke gelandang atau penyerang langsung.

Dalam taktik ini permutasi posisi menjadi hal penting, sebab untuk menjaga struktur organisasi permainan ini diharuskan pemain yang bergerak keluar dari posisinya akan digantikan oleh pemain lainnya.

Awal Mula Muncul

Sebenarnya konsep taktik ini lahir dari The Wunderteam Austria yang kala itu memainkan sistem Total Football walaupun belum sempurna pada medio 1930an. Selain itu ada tim nasional Hungaria dengan Golden Team-nya bersama Ferenc Puskas dan klubnya saat itu River Plate dengan La Maquina pada medio 1940-1950an.

Awal mula konsep ini masuk ke Belanda ketika mantan pemain tim nasional Austria, Ernst Happel melatih beberapa klub di Belanda media 1960-1970an. Bahkan ia menukangi tim nasional Belanda pada Piala Dunia 1978 dan mampu melesat ke final sebelum akhirnya tumbang di partai puncak.

Taktik ini kemudian diperkenalkan lebih jauh lagi oleh Jack Reynolds yang melatih Ajax di tiga periode berbeda. Ia mengamati betul sistem permainan ini dan memoles lebih jauh lagi bagaimana penerapannya di lapangan.

Kemudian salah satu anak asuh Reynolds yaitu Rinus Michels, setelah menjadi pelatih memodifikasi, memperhalus dan memperindah konsep tersebut menjadi filosofi yang bernama Total Football. Ia menerapkan taktik tersebut ketika melatih Ajax yang saat itu bisa mempersembahkan piala Champions Cup (1970-71) serta ke tim Oranje pada medio 1970an.

Rinus Michels
Sumber: History of Soccer

Setelah Michels pindah ke Barcelona, konsep taktik ini diperdalam lagi oleh Stefan Kovacs di Ajax. Bahkan ia mampu membawa Ajax menjuarai dua Champions Cup berturut-turut (1971-72 dan 1972-73) sehingga Ajax mencatatkan hattrick sebagai juara Champions Cup.

Ajang pembuktian Total Football terjadi pada final Champions Cup 1972. Ketika itu Ajax menghadapi Internazionale dari Italia yang memakai sistem catenaccio. Di akhir laga, Ajax melumat 2-0 tanpa balas dan di media muncul tajuk berita โ€œThe Death of Catenaccioโ€.

Johan Cruyff Sebagai Sistem

Salah satu pemain yang terkenal dalam eksponen sistem Total Football adalah Johan Cruyff. Ia memainkan sistem ini ketika berada di Ajax. Walaupun dirinya sebagai central forward, ia bisa menjadi jantungnya Total Football. Sebab, ia bisa menjelajah di semua area lapangan dan mengacaukan lawan.

Pentingnya dari taktik ini adalah ketika seorang Cruyff keluar dari posisinya, maka rekan-rekannya beradaptasi dengan fleksibel mengimbangi dirinya. Cruyff selalu membicarakan tentang ruang, kemana pemain harus berlari, di mana pemain harus berdiri, dan kapan pemain harus diam dan tidak bergerak pindah dari posisinya.

Johan Cruyff
Sumber: The New Yorker

Sistem ini bukan hanya pelatih yang menjadi otaknya. Namun, seorang pemain di lapangan pun harus mempunyai intelegensia dan visi bermain yang bagus sehingga bisa menerjemahkan taktik dan berimprovisasi sesuai dengan keadaan di lapangan.

Bahkan Cruyff pernah bilang bahwa โ€œSepakbola sederhana adalah yang terindah. Namun memainkan sepakbola sederhana adalah hal yang tersulitโ€ merujuk pada Total Football miliknya.

Ikatan Belanda dengan Total Football

Rinus Michels ditunjuk menjadi pelatih Belanda guna menghadapi Piala Dunia 1974. Sepanjang turnamen, Belanda tampil dengan digdaya. Mereka melumat habis Argentina (4-0), Jerman Timur (2-0) dan Brazil (2-0). Hal tersebut membuat mereka melaju ke final menghadapi Jerman Barat.

Namun, di final mereka mencapai batasnya. Tepatnya dibabak kedua, setelah pemain Jerman Barat melakukan man-to-man marking ke Cruyff. Hal ini mematikan peran sentral Cruyff yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Dan menjadi kekurangan besar bagi taktik ini.

Maka untuk menutupi kekurangan ini, dibutuhkanlah minimal dua pemain yang bisa menjadi sentral permainan. Sehingga pada semifinal Piala Eropa 1988, Michels memiliki dua pemain sentral pada diri Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Hal itu membuat taktik Jerman Barat tak berdaya. Di akhir turnamen, Belanda keluar menjadi jawara setelah menumbangkan Uni Soviet.

Pada Piala Dunia 2022, belanda di asuh kembali oleh Louis van Gaal untuk ketiga kalinya. Dibawah asuhan van Gaal, Belanda mulai meninggalkan filosofi bermain Total Football yang menggunakan taktik 4-3-3. Bahkan, banyak media yang mengkritik van Gaal karena membawa permainan Belanda ke sistem yang defensif. Sangat berseberangan dengan warisan leluhur yang memainkan sepakbola indah yang berkuasa atas ruang.

Belanda pada Piala Dunia 2022
Sumber: The Telegraph

Sistem sepakbola Belanda sekarang lebih ke pragmatis yang mementingkan hasil akhir. Van Gaal seolah berkata bahwa persetan dengan segala macam filosofi bermain karena yang terpenting adalah hasil kemenangan dan gelar juara.

Walaupun lebih dikenal dengan memainkan sepakbola yang defensif dan cenderung pragmatis, meski pada akhirnya bisa membuat Belanda menjadi juara, pastinya media tidak akan menggubris hal tersebut. Toh bagaimana pun juga, permainan indah sepakbola Belanda dengan Total Football-nya tidak ada yang membuatnya menjadi juara kan?

Tabik!


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *