Sepakbola Dari Negeri Kecil Teluk Persia

Piala Dunia 2022 di Qatar telah menyelesaikan beberapa laga. Terhitung hingga tulisan ini terbit, tim tuan rumah Qatar sudah bermain dua kali dan sangat disayangkan harus mengubur impiannya untuk melaju lebih jauh lagi di pentas terakbar ini.

Qatar harus menjadi tim pertama yang dipastikan tidak dapat melaju ke babak gugur setelah hanya bisa mengemas 0 poin dari hasil dua kekalahan beruntun di fase grup. Pada pertandingan pembuka mereka harus mengakui kekalahan dari Ekuador yang saat itu Enner Valencia menjadi pahlawan.

Sedangkan pada pertandingan kedua mereka harus mengalah lagi dari Senegal dengan skor 1-3. Hal ini membuat Qatar dipastikan tidak bisa melaju ke babak selanjutnya. Ada rekor yang dipecahkan Qatar. Namun bukan rekor yang positif, melainkan rekor yang negatif.

Qatar menjadi negara tuan rumah pertama yang kalah dalam pertandingan perdana Piala Dunia sepanjang sejarah. Sebelumnya, sang tuan rumah pasti bisa mengamankan poin, entah itu dengan hasil imbang atau dengan kemenangan sekaligus.

Selain itu, stadion yang dipakai bermain yaitu Stadion Al Bayt sebenarnya mempunyai rekor yang baik ketika Qatar bermain disana. Dari tiga kali pertandingan, Qatar selalu memetik hasil baik dengan kemenangan 5-0, 3-0 dan 1-0 melawan UEA, Iraq dan Bahrain.

Alih-alih berbicara terkait hasil minor Qatar sebagai tuan rumah, lebih baik kita mengenal lebih jauh sepakbola dari negeri kecil yang berada di Teluk Persia ini serta bagaimana Qatar mempersiapkan perhelatan megah ini.

Ekspatriat dan Sepakbola

Qatar mengenal sepakbola pada tahun 1948. Saat itu, para ekspatriat dari Inggris dan India sedang bekerja di tambang minyak di daerah Dukhan dan Doha. Awalnya, yang bermain hanyalah pekerja India dan beberapa insinyur Inggris. Para insinyur tersebutlah yang mengajarkan pada pekerja India terkait sepakbola.

Sebelumnya, masyarakat lokal Qatar hanya mengenal beberapa olahraga tradisional seperti balapan unta. Setelah itu, para masyarakat lokal mulai tertarik dengan sepakbola setelah beberapa masyarakat lokal dipekerjakan disana. Dari yang awalnya suka menonton sampai mereka ikut bermain bersama.

Sama seperti kita dahulu waktu kecil, sepakbola di Qatar digelar dengan sangat sederhana. Mereka bermain di atas lahan berpasir dan karung sebagai gawangnya. Dengan semakin berkembangnya sepakbola di kalangan masyarakat, mulai bermunculan klub-klub lokal, salah satunya adalah Al-Najah Sport Club yang sekarang sudah menjadi Al-Ahli SC yang lahir pada 1950.

Sepakbola Dari Negeri Kecil Teluk Persia
Sumber: TEMPO

Setelah itu, lahir juga turnamen dan liga amatir saat itu yang didirikan oleh para perusahaan. Pada tahun 1960, akibat dari sepakbola yang semakin berkembang, kemudian lahirlah badan sepakbola tertinggi yang di sebut Qatar Football Association.

Sedangkan pada tahun 1963, untuk pertama kalinya secara resmi Liga Qatar bergulir. Pertandingan saat itu hanya dilaksanakan di Doha Stadium. Karena hanya stadion itulah yang beralaskan rumput. Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada 1969 Qatar mulai fokus ke pengembangan sepakbola internasional dengan membangun tim nasional mereka.

Mungkin jika para ekspatriat saat itu tidak mengenalkan sepakbola ke para masyarakat lokal bukan tidak mungkin Qatar akan sangat telat mengenal sepakbola. Bahkan mungkin saja perhelatan Piala Dunia 2022 ini tidak dilaksanakan di Qatar. Namun, berkat para ekspatriat tersebut Qatar bisa menggelar Piala Dunia yang dikemas sedemikian rupa menarik ini.

Piala Dunia Yang Unik

Dalam penyelenggaraan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia menyedot perhatian masyarakat global. Bagaimana tidak, banyak aturan baru dan dianggap aneh oleh negara lain. Hal ini merupakan sikap tegas dari Pemerintahan Qatar dalam menyelenggarakan Piala Dunia.

Hal menarik pertama adalah penyelenggaraan piala dunia kali ini untuk pertama kalinya di gelar di mid season kompetisi liga, khususnya Eropa. Yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli, kali ini dilaksanakan pada November hingga Desember.

Hal ini berkaitan dengan suhu udara yang ada pada Qatar. Pada tengah tahun, suhu udara Qatar sedang tinggi-tingginya. Hal ini yang membuat FIFA akhirnya memundurkan jadwal ke akhir tahun agar suhu disana tidak terlalu panas.

Selain itu, karena Qatar sebagai tuan rumah merupakan negara yang mayoritas penduduknya Islam menerapkan beberapa aturan. Salah satunya adalah pelarangan minuman keras untuk masuk ke stadion. Selain itu, harga minuman tersebut disana pun tergolong lebih mahal.

Hal selanjutnya adalah pengenalan budaya Islam di Qatar terhadap pengunjungnya. Mereka menyebarkan dakwah lewat beragam cara. Sebagai contoh, di sudut-sudut stadion banyak hadits-hasits Rasullullah. Selain itu, di kamar hotel ada QR Code yang mengarahkan mereka ke pengenalan ajaran Islam dan kesederhanaannya.

Sepakbola Dari Negeri Kecil Teluk Persia
Sumber: Bloomberg

Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, di setiap stadion sudah disiapkan tempat sholat dan wudhu yang megah. Selain itu, pada waktu azan, akan ada muazin dengan suara yang merdu mengumandakan azan.

Untuk urusan stadion juga menarik perhatian. Pasalnya, stadion yang mereka pakai ini akan dibongkar kembali karena memang stadion tersebut hanya dipakai sekali saja. Hasil bongkarannya ini nantinya akan disumbangkan ke beberapa negara yang sedang membangun fasilitas olahraga.

Selain itu, di stadion juga akan dibangun beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, tempat olahraga, taman dan beberapa fasilitas guna menunjang komunitas yang ada di sekitar stadion.

Itulah beberapa hal menarik yang ada pada Piala Dunia 2022 ini di Qatar. Walaupun mereka gagal lolos ke fase berikutnya, paling tidak mereka sudah menyambut para kontestan lain dengan baik sekaligus menyebarkan syariat Islam ke penjuru dunia.

Tabik!


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *