Football’s Coming Home Itu Harga Mati!

Kita sudah tak asing lagi dengan kalimat “Football is Coming Home”. Kalimat ini mulai ramai dibicarakan khalayak warga net ketika Piala Dunia 2018. Di jagat persilatan Twitter, kalimat tersebut menjadi trending topic kala itu. Para pendukung Inggris dengan sesumbar menyebut kalimat “Football is Coming Home”.

Namun, doa dibalik kalimat “Football is Coming Home” itu belum dikabulkan. Saat itu, Inggris berhasil masuk ke semifinal Piala Dunia 2018 di Russia. Walaupun pada akhirnya mereka harus takluk dari Kroasia dengan skor tipis 1-2.

Inggris kala itu juga mempunyai kans untuk menjadi juara ke tiga dalam turnamen tersebut. Namun naas, nasib buruk kembali menghampiri mereka. Belgia lawan mereka dengan spartan bisa menggulingkan Inggris dengan skor 2-0.

Nah, sebenarnya apa sih maksud para penggemar Inggris dibalik kalimat“Football is Coming Home”?

Tanah Kelahiran Sepakbola

Hampir semua pendukung sepakbola, terutama Inggris, beranggapan bahwa Inggris-lah tanah kelahiran olahraga paling populer ini. Mereka meyakini bahwa sepakbola pertama kali muncul di Inggris. Namun, hal ini sifatnya masih bisa diperdebatkan. Beberapa negara lain juga bisa mengklaim hal tersebut.

Namun, ada satu hal yang mungkin tidak bisa diperdebatkan. Yaitu Inggris sebagai tempat kelahiran pertama aturan yang ada di sepakbola, Laws of the Game.

Saat itu sekitar abad 19an, sepakbola sudah menjadi olahraga yang populer di kalangan sekolah maupun universitas di Inggris. Bahkan mereka mempunyai liga-liga amatir yang mereka pertandingkan. Beberapa klub mulai muncul seperti Sheffield, Notts County atau yang lainnya.

Kala itu mereka berkumpul untuk membahas terkait aturan yang ada di sepakbola. Mereka enggan sepakbola ini menjadi olahraga yang bebas tanpa aturan. Sebab, kerap terjadi kekerasan ataupun tindak kecurangan lainnya yang terjadi di sepakbola kala itu.

Kemudian pada 1886, ada 4 negara yang berkumpul untuk membuat sebuah badan sepakbola yang disebut International Football Association Board (IFAB). Keempat negara tersebut adalah Inggris, Skotlandia, Irlandia Utara dan Wales.

IFAB ini berdiri lebih dahulu dari pada FIFA yang baru berdiri pada 1904. Sekarang, IFAB menjadi badan yang bertanggung jawab atas peraturan sepakbola yang diterapkan oleh FIFA. Itulah yang memuat pendukung sepakbola Inggris beranggapan bahwa sepakbola itu berasal dari tanah kelahiran mereka.

Kalau ingin lebih jauh lagi mengenal sepakbola Inggris, bisa kalian tonton The English Game yang ada di Netflix.

Football’s Coming Home Itu Harga Mati!
Sumber: Netflix Wiki

Sedangkan dalam konteks Piala Dunia, kalimat “Football is Coming Home” merujuk pada trofi piala dunia yang mereka inginkan. Sebab, sudah lama sekali pendukung Inggris tidak membawa pulang trofi tersebut.

Terakhir dan satu-satunya piala dunia yang berhasil mereka bawa terjadi pada tahun 1966. Kala itu Inggris yang menjadi tuan rumah berhasil mendudukkan Jerman Barat sampai babak perpanjangan waktu dengan skor 4-2.

Pertandingan yang berlangsung di Wembley Stadium ini menjadi saksi bisu Inggris mengangkat piala bergengsi ini. Dihadapan 96,924 penonton kala itu, Geoff Hurst menjadi pahlawan mereka dengan mencetak tiga gol, sedangkan satunya dicetak Martin Peters.

Setelah itu, publik Inggris belum pernah melihat negara kebanggaannya tersebut mengangkat piala lagi.

Sebuah Lirik Lagu

Pada 1996, grup musik asal Inggris, The Lightning Seeds yang berkolaborasi bersama David Baddiel dan Frank Skinner menyanyikan sebuah lagu ikonis berjudul “The Three Lions”. Penciptaan lagu tersebut guna menyambut Piala Eropa yang di gelar di Inggris.

Tidak seperti lagu-lagu yang diciptakan lainnya untuk memberi semangat pada negara tersebut, lagi ini justru kebaikannya. Bercerita tentang kekecewaan penggemar Inggris terhadap tim sepak bolanya.

Lagu itu berkisah tentang Inggris yang selalu gagal bahkan pesakitan di semua turnamen level internasional yang mereka ikuti setelah menjuarai Piala Dunia 1966. Selain tentang kekecewaan, lagu tersebut juga bercerita tentang penggemar Inggris yang selalu setia menunggu dengan sabar tim kebanggaan mereka untuk mengangkat piala.

Mereka tak pernah berhenti bermimpi, mendukung secara penuh, datang ke stadion hanya untuk menyemangati tim kebanggaan mereka juara. Kekecewaan bahkan kemarahan selama 30 tahun (1966-1996) telah mereka rasakan. Bahkan sampai sekarang sudah 56 tahun lamanya.

Tentunya, lagu tersebut populer di seanter dunia. Kalimat “Football is Coming Home” yang muncul dalam pembuka lagu ini menjadi akrab ditelinga para penggemar sepakbola di seluruh dunia.

***

Kini, waktu sudah berjalan sangat jauh. Penantian 30 tahun Inggris sudah bertambah menjadi 56 tahun. Pada gelaran Piala Dunia 2022 ini tentunya menjadi momentum bagi tim asuhan Gareth Southgate untuk menjuarainya. Sebab sudah lama sekali pendukung Inggris bersabar akan kejayaan mereka.

Setelah gagal dalam partai puncak Piala Eropa 2020 yang lalu. Menjadi harga mati bagi Kane dkk. untuk melangkah lebih jauh lagi dengan menjuarai Piala Dunia 2022. Pastinya, tambahan bintang emas di kain suci yang mereka gunakan menjadi sangat berharga bagi sepakbola Inggris.

Tabik!

 


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *