AC Milan dan Athena 2007

Ayosport.com -Athena, 2007. Malam itu AC Milan memastikan gelar Liga Champions kembali ke pangkuan Kota Mode Italia, setelah berhasil menaklukkan Liverpool dengan skor 2-1 di Stadion Olimpiade Athena “Spyros Louis” Yunani.

Hasil ini sekaligus menuntaskan dendam 2 tahun sebelumnya yang kala itu Merah Hitam dipaksa menelan kekalahan tragis lewat adu penalti dari lawan yang sama, walau sempat unggul 3-0 di babak pertama.

Namun di balik memori indah Athena, tersimpan cerita-cerita yang menarik tentang perjalanan skuat besutan Carlo Ancelotti mengarungi musim 2006/2007 dengan lika-likunya hingga akhirnya mampu menorehkan pencapaian fantastis di akhir musim.

Memulai musim dengan hukuman

Milan mengakhiri musim 2005/2006 dengan hukuman pengurangan 30 poin, dan -8 poin untuk musim baru. Hukuman ini diberikan setelah terbukti terlibat dalam skandal Calciopoli yang ikut menyeret beberapa klub besar Italia seperti Juventus, Fiorentina, dan Lazio.

Tentunya, hukuman Milan saat itu dapat dibilang ringan dibandingkan dengan hukuman yang diterima oleh Juventus, Lazio, dan Fiorentina yang dicabut partisipasinya di kompetisi Eropa.

Tidak berhenti sampai di situ, Si Nyonya Tua juga harus rela turun kasta ke Serie B  dan kehilangan gelar scudetto-nya yang pada akhirnya jatuh ke tangan Inter.

Berdasarkan hasil investigasi yang dipimpin oleh hakim Franco Borelli, Milan bersama Juventus, Fiorentina, Lazio, serta beberapa tim Italia lainnya terbukti ikut memengaruhi pemilihan wasit dan keputusan wasit dalam suatu pertandingan, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat membantu timnya di kompetisi Serie A.

Hukuman pengurangan 30 poin yang diterima Milan mengubah posisi Il Diavolo Rosso yang sebelumnya bercokol di posisi 2 klasemen dengan 78 poin, turun ke posisi 3 di bawah klub rival sekota Inter yang merangsek ke puncak klasemen dengan 76 poin, serta Roma di posisi runner-up dengan 69 poin.

Hukuman yang dijatuhkan tersebut membuat Milan terpaksa memulai Liga Champions dari babak play-off untuk musim 2006/2007, serta pengurangan 8 poin di awal musim Serie A 2006/2007.

Kepergian Andriy Shevchenko

Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin ini adalah istilah yang paling tepat menggambarkan situasi Milan saat itu.

Dengan kesepakatan nilai transfer mencapai 30,8 juta pounds atau setara dengan 43,87 juta euro, Andriy Shevchenko resmi hijrah meninggalkan I Rossoneri menuju Chelsea.

Sebagai salah satu pemain kunci Milan dengan torehan 175 gol dari 322 penampilannya, Sheva sukses mengantarkan Milan ke sejumlah gelar penting yang diraih I Rossoneri seperti scudetto 2003/2004, Coppa Italia 2003, Liga Champions 2003, dan Piala Super UEFA 2003.

Kepergiannya saat itu diprediksi akan meninggalkan lubang yang cukup signifikan bagi Setan Merah Italia, mengingat posisi Sheva sebagai salah satu pilar penting di lini serang klub.

Skuat utama diisi pemain veteran

Belum selesai dengan kepergian Sheva dari Kota Mode, Milan dihadapi masalah skuat utama yang dianggap terlalu tua untuk bisa bersaing secara kompetitif di kancah domestik dan Eropa.

Dilansir dari laman Transfermarkt, pada kompetisi Serie A 2006/2007 Milan menduduki posisi nomor 3 dengan rerata usia skuat 29,2 tahun. Hanya Torino (29,6 tahun) dan Livorno (29,3 tahun) yang rataan usianya lebih tua dari Milan di Serie A.

Masih dipimpin oleh Paolo Maldini yang menginjak usia 38 tahun kala itu, lini belakang Milan dilengkapi dengan kehadiran Alessandro Nesta (31 tahun), Cafu (36 tahun), dan Marek Jankulovski (30 tahun).

Di lini tengah, dimotori oleh Andrea Pirlo (28 tahun), Milan masih mengandalkan pemain-pemain veteran  macam Clarence Seedorf (31 tahun), Rino Gattuso (29 tahun), Massimo Ambrosini (30 tahun), dan Christian Brocchi (31 tahun) untuk menjaga kedalaman tim.

Di sektor penyerangan, Il Diavolo Rosso masih mengandalkan ketajaman Filippo Inzaghi (33 tahun) untuk merobek jala lawan.

Kedatangan Massimo Oddo (30 tahun) dan Ronaldo Nazario (30 tahun) pada jendela transfer musim dingin melengkapi deretan pemain veteran yang dimiliki skuat Carlo Ancelotti.

Formasi pohon Natal ala Don Carletto

Salah satu faktor terbesar yang menentukan kesuksesan Milan pada musim 2006/2007 adalah Ancelotti. Dalam hal ini, Don Carletto berhasil menerapkan strategi jitu untuk Milan dengan mempertimbangkan komposisi pemain yang ia miliki.

Dengan formasi pohon Natal 4-3-2-1, skema ini adalah strategi defensif berdasarkan kesolidan dan kekompakan tim.

Memfokuskan serangan melalui lini tengah, formasi pohon Natal Ancelotti memiliki kekurangan dalam sektor penyerangan sisi melebar. Hal ini mengharuskan timnya memiliki bek sayap ofensif untuk ikut membantu serangan melalui sektor sayap.

Formasi ini disokong oleh 3 gelandang yang terbagi menjadi 2 gelandang tipe bertahan pada sisi kanan dan kiri untuk melindungi kedalaman tim, juga dilengkapi 1 gelandang bertahan kreatif di tengah yang berfungsi mengatur ritme dan arah permainan.

Dua gelandang serang kreatif yang berposisi agak ke dalam memiliki opsi untuk melebar bersama-sama mendukung kinerja penyerang tunggal. Inilah kunci kesuksesan formasi 4-3-2-1 milik Ancelotti.

Sinar dari Ricardo Kaka

Siapa yang ingat momen magis Kaka di Old Trafford? Momen ketika dirinya seorang diri menembus pertahanan Manchester United, mengelabui Patrice Evra dan Gabriel Heinze yang pada akhirnya menceploskan bola dengan placing tenang ke gawang yang dikawal Edwin Van der Sar.

Ini adalah salah satu dari sekian banyak momen luar biasa Kaka di musim 2006/2007. Di bawah tangan dingin Ancelotti, Kaka menjelma jadi pemain terbaik dunia saat itu.Bisa dibilang musim 2006/2007 adalah tahunnya Kaka. Tahun ketika Ricky meraih puncak kariernya bersama AC Milan.Setelah 2 tahun sebelumnya nyaris mengangkat Si Kuping Besar di Istanbul, kali ini Kaka menjadi aktor utama Il Diavolo Rosso dalam kampanye meraih trofi Liga Champions-nya yang ke-7.

Kaka keluar sebagai pemain terbaik, pemain depan terbaik, dan top skor kompetisi dengan total torehan 10 gol dari 13 pertandingan.Kaka juga menyabet gelar Ballon d’Or, FIFPRO World Payer of the Year, dan World Soccer’s Player of theYyear di akhir musim.Belum selesai sampai di situ, Kaka kembali membantu Milan memenangi gelar Piala Super Eropa mengalahkan Sevilla dan Piala Dunia Antarklub di mana Kaka kembali terpilih menjadi pemain terbaiknya.

Akhir musim yang manis

Meski tersingkir di babak semi-final Coppa Italia, Milan berhasil mencapai target finis di zona Liga Champions walaupun mendapat hukuman pengurangan 8 poin dari musim sebelumnya.Memulai Serie A dengan terseok-seok setelah gagal menang di 9 pertandingan beruntun dan terperosok di posisi 15 klasemen dengan 11 poin, Milan memutuskan untuk mengambil kesempatan retreat di bulan Januari demi meningkatkan performa tim

Di akhir musim, Milan pada akhirnya berhasil finis di posisi 4 dengan capaian 61 poin, unggul 3 poin di atas Palermo yang duduk di posisi 5.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *