Diego Forlan dan Piala Dunia 2010

Ayosport.com – Walau sudah kembali menjadi salah satu penyerang mematikan di Eropa ketika bermain di Villarreal dan Atletico Madrid, baru di Piala Dunia 2010-lah Diego Forlan meninggalkan jejak terbaiknya sepanjang kariernya bermain sepak bola. Forlan mampu menjadiย  pemain yang dianggap mampu menjinakkan bola Jabulani di Piala Dunia 2010.

Mantan pemain Manchester United ini membawa La Celeste sampai ke babak semifinal Piala Dunia yang diadakan di Afrika Selatan ini. Tak lupa,Forlan meraih Golden Ball, diikuti Wesley Sneidjer yang meraih Silver Ball, dan David Villa mendapat Bronze Ball. Forlan juga menjadi pencetak gol terbanyak dengan raihan 5 gol bersama David Villa dan Thomas Muller.

Darah sepak bola memang mengalir deras di dalam tubuh Forlan. Ayahnya bermain untuk tim nasional Uruguay, sementara kakeknya pernah menangani timnas. Akan tetapi, Forlan lebih memiliki hasrat untuk bermain tenis. Dia menekuni olahraga tersebut sampai dirinya berusia 12 tahun dan sebuah titik balik mengubah nasib Forlan. Saudarinya, Alejandra, lumpuh akibat kecelakaan mobil yang juga menyebabkan pacarnya meninggal dunia. Diego Maradona-lah yang datang untuk membantu membayar segala biaya pengobatan saudarinya tersebut.

Setelah itu, Forlan lebih memilih untuk bermain sepak bola ketimbang tenis dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarganya. Alejandra mengingat betul apa yang dikatakan oleh Forlan. โ€œSesaat setelah saya bangun, hal pertama yang Forlan katakan kepada saya adalah dia akan menjadi pesepak bola. Dia akan mengumpulkan banyak uang dan membayar dokter untuk kesembuhan saya.โ€

Forlan membuat namanya terkenal di Amerika Selatan dengan bermain untuk Independiente, lalu dia pindah ke Manchester United pada bulan Januari 2002. Petualangannya di Eropa akan selalu diingat dan dikenang oleh para penggemarnya di Uruguay.

Dia memang tidak sukses di Inggris, tapi beda cerita ketika dia bermain di Spanyol. Semasa bermain di Villarreal dan Atletico Madrid, dia sukses menyabet dua penghargaan European Golden Shoes, yaitu pada tahun 2005 dan tahun 2009. Namun, dia harus menunggu usianya menginjak 31 tahun dulu untuk dapat menunjukkan kemampuan terbaiknya kepada dunia.

Menjadi kapten timnas Uruguay di Piala Dunia 2010, bukannya bermain sebagai penggedor utama, Forlan justru diinstruksikan oleh Oscar Tabarez untuk bermain sebagai gelandang serang. Nyatanya, hal itu malah membuat Forlan bersinar.

Berperan sebagai pemain nomor 10, Forlan tampil impresif dengan mencetak lima gol, di mana tiga di antarnya dicetak dari luar kotak penalti. Forlan menjadi salah satu pemain kunci yang membuat Uruguay finis sebagai juara keempat. Usahanya pun berbuah sebuah penghargaan Golden Ball dan menyejajarkan diri dengan pemain seperti Zinedine Zidane, Ronaldo Nazario, Maradona, dan Lionel Messi di beberapa tahun kemudian.

Pencapaian tersebut memang pantas didapatkan oleh Forlan. Dia sukses menyamai raihan gol David Villa dan juga peraih Golden Shoe saat itu, Thomas Mรผller. Pengaruh Forlan terhadap timnya sangat besar di kala Luis Suarez dan Edinson Cavani belum mencapai tingkat tertinggi mereka, serta ketika Diego Godin masih menjadi bek yang biasa saja di Villarreal.

Berbicara setelah mendapat penghargaan itu, Forlan memusatkan perhatian kepada keluarganya. โ€œWalau saya sudah mendapatkan banyak penghargaan di sepanjang karier saya, keluarga saya yang membantu saya ketika saya jatuh. Saya ingin mendedikasikan penghargaan ini kepada orang tua dan saudara saya. Selain itu, penghargaan ini adalah buah kesuksesan seluruh tim dan Uruguay di ajang ini.โ€

Di ajang yang bergemuruh akibat suara Vuvuzela, permasalah bola Jabulani, keperkasaan sepak bola Spanyol, kebangkitan timnas Jerman, serta jatuhnya Ronaldo dan Messi, penampilan Diego Forlan di Afrika Selatan akan selalu dingat.


Posted

in

, ,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *