Romansa Ibra dan AC Milan

Ayosport.com – Ada kalanya momen yang sangat menyenangkan itu tidak berlangsung lama. Ia hanya hinggap sesaat lalu mendadak pergi, membuat memori terus berputar untuk mengingatnya lagi, sembari berharap ia kembali. Zlatan Ibrahimovic dan AC Milan salah satu contohnya.

Kedatangan pertama Ibra ke Milanello terjadi sewaktu Milan tujuh tahun puasa gelar Serie A. Kala itu, terakhir kali I Rossoneri meraih scudetto di musim 2003/2004. Waktu puasa yang sangat lama, jauh lebih lama dari masa pacaran Kekeyi dan Rio.

Adriano Galliani menjadi dalang utama di balik proses transfer tersebut. Ia mendatangi Ibra dan istrinya di rumah untuk berbincang, dan bernegosiasi langsung dengan Sandro Rosell untuk menurunkan harga Ibra.

Milan saat itu bukan lagi Milan yang kaya raya, tapi Milan bisa tiba-tiba “berduit” dengan mengirim Galliani untuk bernegosiasi. Singkat cerita, kesepakatan pun terjalin. Zlatan Ibrahimovic resmi ke AC Milan dengan status pinjaman semusim bernilai 6 juta euro, dan kewajiban membeli di musim kedua seharga 24 juta euro.

Nominal yang turun jauh dari valuasi Ibra saat itu. Menurut data transfermarkt, di musim 2010/2011 ketika hengkang ke Milan, nilai pasarnya 45 juta euro. Galliani ibarat ibu-ibu di pasar, yang berhasil menurunkan harga barang lebih dari separuh harga aslinya. Sadis!

Jasa besar Galliani tidak sebatas itu saja. Tak hanya mendatangkan pemain, tapi di kemudian hari pemain itu juga mendatangkan trofi. Satu scudetto, satu gelar Piala Super Italia, dan satu kali terpilih sebagai top skor Serie A, adalah pencapaian Ibra di AC Milan kala itu.

Ibra mengakhiri penantian gelar juara Milan di Serie A selama tujuh musim. Ibra juga menjadi pengganti sepadan bagi Filippo Inzaghi yang semakin renta di ujung kariernya. Bahkan Ibra juga turut mendongkrak performa pemain lainnya.

Antonio Cassano kembali “hidup”, Robinho kembali bertaji, lalu Antonio Nocerino menjalani musim terproduktif sepanjang kariernya. Ibra mengangkat derajat tim ke puncak tertinggi, tapi sayangnya itu hanya berlangsung dua musim.

Bursa transfer musim panas 2012/2013, Milan tak kuasa menahan kepergian sang pemain. Akibat krisis finansial, I Rossoneri terpaksa merelakan Ibra pergi seharga 21 juta euro. Banderolnya memang tidak besar, tapi beban gajinya sangat tinggi, yang tidak sanggup ditampung Milan. Ibra pun angkat kaki bersama Thiago Silva ke PSG.

Musim demi musim berlalu, jutaan orang tidak menyadari ternyata Zlatan Ibrahimovic merupakan bomber tersubur terakhir yang dimiliki AC Milan. Penyerang-penyerang lain datang silih berganti, tapi tak ada satupun yang setajam dirinya.

Mattia Destro, Giampaolo Pazzini, Mario Balotelli, Fernando Torres, Luiz Adriano, Alessandro Matri, Carlos Bacca, Patrick Cutrone, Gonzalo Higuain, sampai Andre Silva yang berlabel The Next CR7, tak ada yang mampu menandingi gelontoran gol Ibra.

Bahkan saking tajamnya Ibra, ia menjadi top skor AC Milan di dekade ini, walau hanya bermain dua musim. Torehan 42 gol milik Ibra hanya sanggup didekati Bacca dengan 31 gol, itupun dia sudah hengkang. Di bawahnya ada Giacomo Bonaventura dengan 29 gol dan masih bermain di Milan, tapi posisinya gelandang. Tidak di setiap laga dia mencetak gol.

Ketiadaan penyerang yang menjadi jaminan gol juga menghambat alur serangan Milan. Percuma memiliki bek sayap sebagus Theo Hernandez, gelandang seproduktif Bonaventura, dan pemain sayap selihai Suso, tapi tidak ada finisher ulung di kotak penalti.

Kekhawatiran semakin melanda kala Krzysztof Piatek mandul dan Rafael Leao masih sangat hijau. Akibatnya, Milan jadi tim dengan jumlah gol terminim kelima di Serie A musim ini. Il Diavolo Rosso hanya mampu mengumpulkan 16 gol dari 17 pertandingan.

Hingga akhirnya, titik cerah itu tiba dini hari tadi. Lewat situsweb resmi dan semua akun media sosialnya, AC Milan mengumumkan kembalinya Zlatan Ibrahimovic ke San Siro. Ia dikontrak secara bebas transfer sampai akhir musim 2019/2020, dengan opsi perpanjangan satu musim tergantung performa.

Usia Ibra sekarang memang tidak lagi muda, 38 tahun. Tapi, dengan rekam jejaknya sebagai striker andal, tak ada salahnya menaruh harapan di pundak pria setinggi 192 sentimeter ini. Setidaknya, gol-gol Ibra bisa diharapkan hadir jika melawan tim-tim papan bawah.

Lalu jika melawan tim papan atas, keberadaan Ibra seharusnya bisa mendongkrak moral tim. Ibra bisa menjadi teladan bagaimana mengatasi tekanan dan bangkit dari keterpurukan.

Sebelum masanya Ibra Ibrahimovic, Milan pernah punya penyerang-penyerang ganas dalam diri Gunnar Nordahl, Oliver Bierhoff, Marco van Basten, Andriy Shevcenko, sampai Filippo Inzaghi. Dari mereka semua, Milan sudah dibuai banyak gol dan bergelimang trofi.

Cuma dari Ibra saja, Milan masih menyimpan rasa penasaran. Cuma dari Ibra saja, Milan belum tuntas memadu kasih dengannya di lini depan.Ibrahimovic dan Milan bersatu lagi. Mereka balikan setelah tujuh tahun berpisah, dan kondisi keduanya sekarang sama-sama tidak sebaik dulu. Ibra sudah tidak berada di usia emasnya, dan Milan sedang terjerembab di jurang keterpurukan.

Kisah manis akhirnya bisa ditorehkan kembali setelah berhasil membawa Milan meraih scudetto pada musim 2021/22.


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *